Beternak Puyuh itu Mudah tapi Pemasaran Telur Puyuh yang Kadang bisa Bikin Susah

Sebelumnya silahkan bagi yang akan menyanggah, mengkritik, ataupun tidak akur dengan kata “mudah” dalam beternak puyuh. Sekali lagi, silahkan.
Saya bilang dengan percaya diri bahwa beternak puyuh itu memang mudah. Yang sulit adalah belajarnya. Apalagi kalau hanya membayangkan, menghapal rangkaian usaha beternak puyuh ini dari awal sampai apkir. Masih ditambah dengan menghapal bermacam-macam penyakit dan pengobatannya, vaksin dan vitamin. Tentu saja tidak mudah.
Nah, agar menjadi mudah, maka segera laksanakan saja. Nanti akan menjadi mudah.

Katakanlah saya sendiri tidak punya pengetahuan mengenai ternak puyuh saja, nyatanya bisa hasil juga. Berarti tidak sulit kan?
Tinggal diberi pakan, minum, kalau ada sakit diobati, kalau produksi telurnya menurun ya dicari masalah dan solusinya, pemeliharaan, perawatan, sampai mengambil dan menata telur untuk dijual. Ditambah dengan pembersihan kotoran, teliti, cermat. Ya sudah, itu saja. Mudah kan?

Memang benar, teori itu perlu. Bahkan ada yang berpendapat bahwa teori adalah ruhnya praktek. Jadi ya dipraktekkan saja. Tidak cuma sekedar angan-angan dan gambaran. Dengan begitu beternak puyuh menjadi mudah. Tidak perlu dibikin sulit.

Namun….

Permasalahan kemudian bisa muncul, dan ini yang kadang bisa bikin susah. Yaitu masalah pemasaran telur puyuh. Nah…..

Begitu banyak kita bisa mencari referensi dalam bagaimana teknik budidaya ternak puyuh ini. Namun manakala terbentur pada pemasaran telur puyuh, bisa-bisa pada membalikkan badan. Karena sebenarnya dimungkinkan mempunyai permasalahan yang sama.

Sepertinya jarang ada peternak puyuh yang menghentikan usahanya karena kesalahan dalam teknis budidaya puyuh yang dijalankan. Akan tetapi rata-rata berhenti karena faktor pemasaran.
Perlu diingat lagi entah berapa kali saya tulis bahwa pemasaran adalah kunci, sedangkan beternak puyuh adalah mesin produksi. Bisa dibayangkan bagaimana jika kunci pemasaran itu patah, tidak bisa digunakan? Boleh jadi mesin produksi akan menjadi barang yang dingin, beku, dan tidak terpakai. Kandang-kandang puyuh berserakan diselimuti debu. Dijualpun belum tentu ada yang mau.

Lalu kenapa pemasaran telur puyuh kadang bisa bikin susah?

Jika sudah terbentur masalah seperti itu, baru dirasakan betapa mudahnya beternak puyuh. Kadang bisa susahnya karena telur puyuh tidak laku. Bahkan harganya direndahkan sampai tingkat tidak cukup untuk beli pakan pun bisa saja telur puyuh belum tentu ada yang beli.

Mengenai penyebab-penyebanya dan berbagai permasalahan sekitar itu sudah seringkali dibahas. Bagaimana bahkan di gudang milik pengepul dimungkinkan menumpuk stok yang entah kapan bisa laku. Di situlah ujian, bagaimana ketahanan peternak puyuh yang sebenarnya dilawankan dengan kondisi pemasaran telur puyuh.

Karena itu, penting sekali riset pasar. Dimana akan menjual. Perlu menjadi perhatian.

Semoga bermanfaat.

Salam
[Puyuh Jaya]

8 responses to “Beternak Puyuh itu Mudah tapi Pemasaran Telur Puyuh yang Kadang bisa Bikin Susah

  1. Setuju mas …
    Kita semua kalau mau terus belajar tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, termasuk beternak puyuh katanya orang jawa ilmu katon, maka hampir semua orang bisa melakukan cuma perlu belajar dan waktu.
    Pengalaman saya juga, kalau harga telur bagus atau banyak yang cari, maka begitu semangat memeliharanya, tapi bila harga telur lesu atau turun bahkan pernah gak ada yang mau beli, rasa-rasanya ingin di jual atau dibiarkan begitu saja.
    Tapi itulah suka dukanya ternak, pasti ada kalanya semangat juga kadang-kadang loyo
    Mudah-mudah puyuh jaya terus memberikan dan membangkitkan semangat kita semua untuk terus berusaha dan berusaha, insaalloh ada jalan keluarnya

    • Terima kasih apresiasinya, Pak Komari. Namun memang begitu yang termasuk menjadi perhatian selama ini. Biarpun mungkin beberapa kali Bp. Komari mengalami hambatan dalam teknik beternak puyuh, mulai dari pembibitan sampai perawatan teluran, sambil jalan ada yang bisa diatasi dan mungkin tidak bisa diatasi. Yang tidak bisa diatasi, kemungkinan dilakukan peremajaan.

      Namun bagaimana jika produksinya bagus, telur menumpuk, tapi tidak ada yang beli? Bisa menjadi hambatan yang serius. Kemudian mencari informasi ke sana sini, semuanya “membalikkan badan”. Itulah yang sebisa mungkin kita mencari solusi bersama.

      Konon kalau di Thailand, ada kementerian khusus pasca panen yang mencarikan solusi untuk rakyatnya yang mampu memproduksi bidang agri, tapi terhambat pemasaran. Mungkin di sini juga ada di salah satu bagian deptan atau disnak, saya belum paham.

      Untuk itu, mungkin ada yang berkenan berbagi juga tentang masalah seperti ini, sangat dipersilahkan.

      Semoga semangat rakyat mandiri, seperti benih unggul ditanam di kondisi tanah subur negeri ini.

      Terima kasih.

  2. memang pemasaran adalah ujung tombak sebuah usaha diawali dengan.
    produk ; telah ada, berupa telur puyuh
    harga ; ada patokannya. walau kadang pluktuatip.
    distribusi, ; tah eta nu hese, bagi peternak pemula. perlu perjuangan extra keras, cari dor to dor./.warung to warung./kampung to kampung/ tak mungkin peternak kecil masuk pasar,,/supermarket, tapi harus kukurilingan. cari pelanggan tetap.selamat mencoba. pantang mundur….
    promosi ; sulit bagi usaha kecilmah agan agan, dari mulut to mulut aja
    produknya harus baik. pelayanan. antar pesanan tepat waktu
    sabar dan berdoa. tong hilap ibadah no. hiji /.mundut pitulung
    ka Gusti. di setiap akhir solat pardu.

  3. sy, peternak puyuh pemula, bikin mesin-tetas sendiri kapasitas 550 telor puyuh. akurasi mantap dengan, sudut,/ depan/ ,tengah/. belakang/ temperatur sama 39 derajat , dan kelembaban 58 %. , tutun-naik. kelembaban.hanya tinggal tambah atau kurangi tabung/penampang. air bawah mesin. juga bikin kandang ternakan sendiri.mau tukar pikiran..oke call aja ..
    0856 5944 5640..dari kota sukabumi.

  4. bner tuuh..
    pm
    asaran mmamng jd ujung tombak sbuah usaha..
    nah,,untuk tlor puyuh, tlng solusi pmasaranya gmn? apa ada yg mo nampung hasil tlornya? tlng kasih alamatnya y,,,

  5. kalo ada kendala seperti itu cara membantunya gmana pak, say ingin belajar banyak tentang usaha puyuh karena saya baru belajar tentang usaha ini,,, tolong bantuanya pak,

  6. Saya ternak puyuh belum lama, baru beberapa bulan. lokasi saya di Sulawesi Utara. awal ternak puyuh (kira2 sebulan pertama mulai bertelur) kelihatan agak sulit memasarkan hasilnya. waktu itu telur hasil ternak dikonsumsi sendiri dan keluarga yang lain dibagi-bagi ke tetangga/saudara. Memasuki bulan kedua mulai ada ada permintaan dari pedagang-pedagang lokal di pasar tradisional. Seterusnya mulai ada pembeli rutin. Saat ini produksi hanya +/- 600 butir sehari; saya tidak bisa memenuhi permintaan karena produksinya kurang. Permintaan sehari lebih dari 1000 butir. Beberapa waktu lalu saya menambah DOQ dari Jawa dan diharapkan bulan Desember sudah berproduksi agar bisa memenuhi permintaan yang semakin hari semakin naik.
    Pemasaran lebih banyak saya lakukan secara konvensional, melalui para pedagang pasar, supplier toko/supermarket. Kendala utama yang saya temui adalah minimnya produksi, sehingga seringkali jumlah permintaan belum terpenuhi.
    Melihat kondisi di Sulut, sebetulnya sudah banyak peternak puyuh. Rata-rata produksi per peternak 900 butir per hari, tapi karena permintaan banyak dan cenderung naik, maka tetap saja produksi tidak memenuhi permintaan. Pasar untuk telur puyuh masih sangat potensial, itupun belum termasuk kotoran dan daging puyuh afkeer.

Silahkan Menuliskan Komentar di Sini [Trima Kasih]