Melangkah lagi lebih lanjut dalam beternak puyuh khususnya puyuh petelur, kali ini coba membahas pada apa saja yang dibutuhkan sebagai sarana prasarana maupun peralatan dalam aktivitas budidaya ini [termasuk yang diternakkan].
Dimana yang dibutuhkan ini berarti juga merupakan permodalan.
Untuk permodalan puyuh petelur ini ada dua macam permodalan, yaitu modal yang berputar dan yang tetap. Biarpun untuk yang tetap inipun nantinya ada biaya perawatan atau bahkan penggantian, tetapi jangka panjang.
I. Yang berputar.
Termasuk apa yang dibutuhkan sebagai permodalan berputar ini antara lain:
1. Bibit puyuh petelur / DOQ atau yang umuran berapa tergantung pesanan sesuai keinginan peternak.
2. Pakan stater, biasa disebut BR. Dipakai untuk pembesaran DOQ.
3. Pakan layer. Dipakai setelah lepas masa pembesaran. Ada juga yang memberi istilah dengan pakan teluran.
4. Vitamin, obat, maupun vaksin.
II. Yang tetap.
Apa yang dibutuhkan dalam ternak puyuh petelur yang bersifat tetap inilah kemudian sebagai sarana prasarana fisik termasuk juga peralatan. Antara lain:
1. Kandang pembesaran. Biasa disebut juga dengan box, bila memakai teknik pembesaran dengan box. Jika menggunakan teknik kandang bertingkat, tentu yang dibutuhkan adalah kandang pembesaran model tingkat.
Namun lain lagi jika menggunakan teknik umbaran / litter, yang dibutuhkan adalah sekam.
2. Kandang puyuh petelur. Atau kandang layer. Merupakan tempat tinggal puyuh puyuh petelur dengan segala aktivitasnya termasuk memproduksi telur. Jika membeli bibit puyuh sejak naik kandang atau siap telur, tentu langsung dimasukkan ke kandang puyuh teluran ini.
Kandang puyuh ini sudah termasuk kelengkapan, misal: wadah pakan, minum.
3. Rumah induk. Rumah induk ini merupakan kandangnya kandang puyuh. Di dalam rumah induk inilah kandang puyuh petelur ditempatkan. Bahkan bisa diseting untuk ruang penempatan pakan, telur, juga untuk pembesaran.
4. Jalur listrik dan pengairan. Ini merupakan fasilitas pokok juga dalam beternak puyuh petelur.
5. Jika perlu dan memungkinkan, membuat tampungan kotoran yang rapat semacam septik tank. Kecuali apabila kotoran puyuh langsung dibuang jauh dan aman alias tidak mengganggu pemukiman.. Sebab pengelolaan pembuangan kotoran yang kurang tepat, bisa menjadi sumber bau yang sangat menyengat. Apalagi kalau sampai basah atau kena air.
6. Wadah telur atau egg tray. Lebih banyak beredar berbahan kertas. Dari kertas daur ulang atau plastik juga ada. Sarana ini penting diperhatikan.
7. Barangkali ada tambahan?
Salam.
[Puyuh Jaya]
untuk saya pribadi agar lebih penghitungannya, saya kelompokkan sebagai berikut:
## Biaya Investasi ##
-:> Rumah Induk
-:> Kandang (DOQ,Grower,Layer)
-:> Perlengkapan (tmpat pakan minum,ember,alat semprot,selang dll)
## Biaya Operasional ##
-:> Biaya Tetap : Penyusutan Rumah Induk, Kandang dan Perlengkapan
-:> Biaya Variabel : Pembelian Puyuh, Pakan Starter – Layer, Obat2an, Vitamin, Vaksin, Listrik, Air dan Egg Tray.
Dari situ kita bisa dengan meudah menghitung pendapatan, perbandingan pendapatan (R/C ratio = Revenue Cost Ratio) dan titik balik modal (PBP = Pay Back Period).
Keuntungan = Pendapatan – Biaya Operasional
R/C ratio = Pendapatan : Biaya Operational
PBP = (Investasi : keuntungan) x periode produksi
Pedapatan : bisa berupa segala sesuatunya yg bisa dijual dari peternakan misalnya telur, kotoran, apkiran atau bahkan sak sisa pakan.
Periode Produksi : merupakan waktu produksi puyuh hinga apkir, normalnya 18 bulan, namun ada peternak yg mengalami apkir cepat kurang dari 18 bulan, atau bahkan lebih panjang dari 18 bulan.
Wah, lengkap dan simpel. Terima kasih. Memperjelas dan melengkapi. Semoga bermanfaat.
salam kenal,
kami dari himpunan Mahasiswa Peternakan UNS solo
tolong dong minta kalkulasi antara biaya modal dan keuntungan dari beternak puyuh ini. . .
insya allah saya akan mencoba usaha ini. . .
terima kasih. . .
Sebelum Mas Sholehuddin sempat hadir. Mungkin ke postingan ini dulu, siapa tahu sedikit-sedikit bisa memberi gambaran:
https://puyuhjaya.wordpress.com/2011/07/13/lanjutan-analisa-usaha-perhitungan-dan-kalkulasi-keuntungan-beternak-burung-puyuh-petelur-kemitraan-untuk-2000-populasi-selama-12-bulan-dengan-perincian-per-minggu
Terima kasih
Salam kenal.
saya coba menghitungnya langsung per periode (18 bulan) karena puyuh normalnya bisa bertelur hingga 18 bulan.
>> Asumsi
– semua harga dan catatan berdasarkan di peternakan Lanang Quail Farm Jember, sangat berbeda dengan peternakan lain di daerah lain mengenai harga pakan, dan harga telur serta hal2 lain.
– puyuh yg di pelihara sebanyak 1.000 ekor dengan harga Rp. 9.625/ekor (umur 31 hari atau pullet)
– Rata2 produktivitas 80%
– harga kandang Rp. 250.000/unit @ 250 ekor / kandang, butuh 4 unit
– masa pakai kandang dan peralatan 5 tahun atau 60 bulan
– obat2an, vitamin, vaksin dihitung Rp. 1.500/hari
– pakan layer per 18 bulan = @ 22 kg / hari X 18 bulan x 30 hari = 11.880 kg
– harga pakan layer Rp. 210.500 / sak @ 50 kg = Rp 4.210 / kg
– harga jual telur Rp. 15.000/kg (harga sekarang di jember)
– puyuh apkir Rp. 2.000 / ekor
– kotoran tidak terjual karena di buang/disumbangkan ke dinas peraian, di peternakan lain bisa dijual dengan harga Rp. 250 / kg, namun karena ini menghitung di peternakan saya, kotoran tidak menghasilkan apa2 karena tidak dijual.
>> Biaya investasi
rumah induk (kandang utama) berukuran 7,5 m’ Rp. 2.000.000
kandang puyuh 4 x Rp 250.000 = Rp. 1.000.000
peralatan = Rp. 200.000
total === Rp. 3.200.000
>> Biaya Operasional
-> Biaya tetap
– penyusutan rumah induk (Rp. 2.000.000 x 18 bulan/60bulan) = Rp. 600.000
– penyusutan kandang (Rp. 1.000.000 x 18 bulan/60bulan) = Rp. 300.000
– penyusutan peralatan (Rp. 200.000 x 18 bulan/60bulan) = Rp. 60.000
total === Rp. 960.000
-> Biaya variabel
– pembelian puyuh (@Rp. 9.625 x 1000 ekor) = Rp. 9.625.000
– pakan layer (31 hari – 45 hari , karena puyuh belum menghasilkan telur) , 20 kg x 14 hari x Rp 4.210 = Rp. 1.178.800
– pakan layer (muali bertelur / 45 hari – apkir / selama 18 bulan) , 11.880 kg x Rp. 4.210 = Rp. 50.014.800
obat2an, vitamin, vaksin (@ Rp. 1.500 / hari x 18 bilan x 30 hari) = Rp. 810.000
– Listrik (@20.000/bulan x 18 bulan) = Rp. 360.000
– egg tray = Rp. 100.000
total === Rp. 62.088.600
TOTAL BIAYA OPERASIONAL = Rp. 960.000 + Rp. 62.088.600 = Rp. 63.048.600
>> Penadapatan
– penjualan telur 1000 x 80% = 800 butir
800 butir / 90 butir / kg = 8,9 kg
8,9 kg x 18 bulan x 30 hari x @ Rp. 15.000/kg = Rp. 72.090.000
– penjualan apkiran 1000 x 80% x @ Rp. 2000 = Rp. 1.600.000
total === Rp. 73.690.000
>>> Keuntungan
Keuntungan = total pendapatan – biaya operasional
= Rp. 73.690.000 – Rp. 63.048.000
= Rp. 10.642.000 per 18 bulan atau Rp 591.222 per bulan
>>> Revenue Cost Ratio (R/C ratio)
R/C ratio = total pendapatan : biaya operasional
= Rp. 73.690.000 : Rp. 63.048.000
= 1,17
artinya setiap peningkatan biaya sebesar Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 117
>>> Balik modal (pay back period)
PBP = (total investasi : keuntungan) x 18 bulan
= (Rp. 3.200.000 : Rp. 10.642.000) x 18 bulan
= 5,4 bulan
>>> Lain lain
BEP harga = biaya operasional : jumlah telur
= Rp. 63.048.000 : 4806 kg = 13.119 / kg
artinya, dengan perolehan 4806 kg telur, titik balik modal tercapai jika harga telur 13.119 / kg.
BEP produksi = biaya operasional : harga telur
= Rp. 63.048.000 : Rp. 15. 000 / kg = 4203.2 kg
artinya dengan harga jual Rp. 15.000 / kg, titik balik modal tercapai jika produksi telur mencapai 4203,2 kg per 18 bulan.
Barangkali Mas Sholehuddin berkenan menjelaskan, atau yang lain juga mengenai pengertian BEP?
Terima kasih sebelumnya.
hahahaha lupa g dijelaskan ya? 🙂
BEP = Break Event Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasional tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya)
Wah, terima kasih penjelasannya. Tak pikir merupakan jangka waktu pengembalian modal.
Kalau dijelaskan kan yang awam-awam gini tidak begitu bingung.
jangka waktu pengembalian modal dan ada tu, PBP
Yang jangka waktu pengembalian modal itu BEP atau PBP?
5,4 bulan ya di analisa Mas Sholehuddin? Sudah termasuk sarana prasarana belum?
Jika belum masuk sarana prasarana, dengan kondisi analisa usaha yang saya bikin, minggu ke 27 sudah balik modal.
Kalau ingin beljar ternak puyuh apa ada asosiasinya untuk beljar lansung ke peternaknya .. Pls mohon penceraha
BEP cepat dicapai jika harga puyuh siap telur 4rb per ekor
Betul juga Mas Habib. Walaupun banyak juga faktor-faktor yang ikut mendukung, mulai dari harga pakan, harga telur, bahkan saya kira harga apkiran bisa mempengaruhi perhitungan.
tepat sekali pak, di daerah blitar harga pulet sekitar 5rb/ekor,
dan harga apkiran daerah jakarta bisa mencapai 3rb/ekor.
ditambah lagi di peternakan teman kotoran bisa di jual dengan harga 250/kg.
belum lagi jika saya hitung dari nota, dtahun 2011 yg notabennya harga cenderung murah, namun rata2 harga telur sepanjang tahun bisa mencapai 18rb/kg, puncak harga terjadi di bulan mei saya bisa menjual 22rb/kg.
jika dihitung menurut asumsi ini maka:
>> Biaya investasi = Rp. 3.200.000
>> Biaya Operasional = Rp. 58.423.600
>> Penadapatan = Rp. 89.718.000
>>> Keuntungan
Keuntungan = total pendapatan – biaya operasional
= Rp. 89.718.000 – Rp. 58.423.600
= Rp. 31.294.400 per 18 bulan atau Rp 1.738.578 per bulan
>>> Revenue Cost Ratio (R/C ratio)
R/C ratio = total pendapatan : biaya operasional
= Rp. 89.718.000 : Rp. 58.423.600
= 1,54
artinya setiap peningkatan biaya sebesar Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 154
>>> Balik modal (pay back period)
PBP = (total investasi : keuntungan) x 18 bulan
= (Rp. 3.200.000 : Rp. 31.294.400) x 18 bulan
= 1,84 bulan
>>> BEP harga
BEP harga = biaya operasional : jumlah telur
= Rp. 58.423.600 : 4806 kg = 12.156 / kg
artinya, dengan perolehan 4806 kg telur, titik balik modal tercapai jika harga telur 12.156 / kg.
>>> BEP produksi
BEP produksi = biaya operasional : harga telur
= Rp. 58.423.600 : Rp. 18. 000 / kg = 3245,76 kg
artinya dengan harga jual Rp. 18.000 / kg, titik balik modal tercapai jika produksi telur mencapai 3245,75 kg per 18 bulan.
“beternak puyuh memang menggiurkan, bisa balik modal hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan”
Wah kelihatanya begitu mengiurkan usaha puyuh
Tiap bulan bisa untung
= Rp. 31.294.400 per 18 bulan atau Rp 1.738.578 per bulan
Tidak heran sekarang banyak peternak unggas lain berpindah ke puyuh
Mungkin hitungan diatas dalam keadaan normal/puyuh selamanya sehat dan tidak ada yang mati tidak penyakit, padahal kenyataannya puyuh sangat rentan atau mudah terserang penyakit dan angka kematian cukup tinggi ini yang penulis alami maklum baru belajar ternak, sehingga mimpi untung besar hanya tinggi mimpi.
Mungkin teman-teman yang lain bisa cerita dari sisi hambatannya dan cara mengatasinya.
Trim, atas tanggapannya
Salam, meraih meraih mimpi menjadi ternak sejati
benar pak komari, banyak cara peternak mengoptimalkan keuntungan, dan banyak juga alasan kenapa peternak rugi.
mas kalau mau beli bibit puyuh di pontianak dimana ya mas,tolong infonya mas
Thanks for sharing such a good opinion, article is nice,
thats why i have read it completely
http://www.newfiepedia.com/index.php?title=User:
BrendanBo