Cara ternak kambing dan beternak puyuh kok perasaan hampir sama ya. Begitu yang saya rasakan setelah coba membanding-bandingkan. Terutama pada masalah bagaimana pakan untuk kambing dan pakan untuk puyuh. Tentu bukan jenis pakan yang jelas berbeda, tetapi kesamaannya pada sifat dan cara bagaimana kambing dan puyuh melahap pakan yang disediakan.
Pengalaman saya beternak kambing bukanlah kambing ettawa dengan budidaya khusus. Tetapi beternak kambing yang biasa dipiara masyarakat daerah saya, yaitu jenis kambing jawa, atau juga jenis bligon. Karena kalau ettawa, sepertinya terkendala pada kecukupan pakan di musim kemarau. Di daerah saya jika musim kering dan sulit pakan kambing, bahkan daun melinjo yang rontok pun diberikan. Untuk bertahan hidup dan mengganjal perut. Apakah kondisi pakan kambing seperti demikian pada musim kemarau, “tega” diberikan untuk jenis kambing etawa?
Mungkin tega, tapi bagaimana dengan hasilnya?
Nah, jika berbicara tentang jenis pakan, jelas berbeda antara pakan ternak kambing dan pakan yang diberikan untuk puyuh.
Lantas apa persamaan antara ternak kambing dan ternak puyuh dalam masalah pakan?
Dalam mencari pakan kambing (ngarit – bhs jawa), biarpun pada musim penghujan dengan pakan berlimpah, saya tetap jarang mencari pakan yang seragam. Alias tidak mulus hanya rumput gajahan, tetapi juga daun tayuman, daun klereside, daun manding, juga rumput-rumputan liar seperti rumput kembang abang, dll.
Nah, disitulah saya memperhatikan ada satu hal unik memberi pakan kambing ketika sakit mencret.
Entah insting hewani atau bagaimana, daun-daun yang dimakan atau dipilih adalah daun nangka diantara campuran daun-daun yang lain.
Barulah kemudian ada yang memberitahu bahwa daun nangka adalah jenis daun yang bermanfaat menjadi obat mencret untuk kambing.
Persamaannya dimana dengan ternak puyuh?
Pada puyuh ada standar jatah pakan perhari 22 – 23 gram perekor. Merupakan pemenuhan kebutuhan metabolisme tubuh dan dalam bertelur si puyuh. Bagaimana jika dalam beberapa lama pemberian pakan kurang dari jatah standar?
Di sini instink si puyuh bekerja mengejar kekurangan pemenuhan kebutuhannya. Apabila pemberian pakan dua kali dalam sehari. Pakan yang pagi hari bisa untuk mengukur kekurangan tersebut. Pakan pemberian pagi sampai habis ludes, berarti masih kekurangan. Untuk yang ini, istilah bahasa jawanya “diumbar”. Bila masih “rakus”, bisa diartikan masih kekurangan. Sampai nantinya sudah mulai banyak sisa, saat itu si puyuh terpenuhi kebutuhannya.
Seperti keterangan berikut ini:
”
dan puyuh bukan unggas rakus seperti ayam dwi guna. yg jika tidak dijatah akan terus makan.
puyuh cenderung makan dibawah standar makannya tergantung cuaca, perawatan, penyakit dan lain2.”[dari Komentar Mas Sholehuddin LQF Jember, Jatim]
memang jumlah konsumsi pakan tergantung pada:
1. Suhu lingkungan. dingin akan lebih banyak konsumsi
2. kandungan energi metabolisme pakan, energi rendah konsumsi meningkat
3. Bentuk pakan Mash, crumble ataupun pellet
4. tingkat produktivitas
5. umur ternak
6. tempat makanan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap jumlah pemberian pakan, tetapi hal ini lebih berpengaruh pada tingkat loss atau kehilangan (tercecer). bukan jumlah konsumsi ternaknya.[sumber dari komentar Bp. Puyuh Jepang.]