Keterpaksaan jika dikelola dengan baik, bisa memunculkan kreatifitas untuk memecahkan masalah. Kadang hal-hal yang tidak terpikir, malah muncul dalam keadaan terdesak. Apakah jika begitu lantas harus membikin keadaan menjadi terdesak???
Tentu saja tidak. Kreatifitas bisa muncul kapan saja, dalam kondisi apa saja.
Seperti halnya pengalaman Mas Sholehuddin [Lanang Quail Farm, Jember, Jatim] dalam kreatifitas pemasaran telur puyuh, menjadi trik alternatif yang layak juga menjadi wacana.
Berikut ini cerita pengalaman trik alternatif pemasaran telur puyuh yang saya ambil dari komentar:
inilah ujian sebenarnya, dengan semakin susahnya pasar, bagaimana kita menjadi jiwa yg cerdas semakin tersah, dipeternakan saya juga sedang pelik masalah telur, sampai2 menandon beberapa kintal, walaupun harganya masih kisaran 14-16rb/kg.
namun sedikit demi sedikit saya coba mengajarkan beberapa anak muda pengangguran dengan cara merebus dulu telur puyuh mentah dan di bungkus 4 butir/bungkus dengan harga 1.000/bungkus, alhamdulillah hasilnya bagus, per anak bisa menghabiskan 3 kg telur per 2 hari.
Bagaimana dengan pengalaman Anda??
Salam hangat.
[Puyuh Jaya]
– – – – – – – – – – – – –
Artikel terkait:
Langkah-Langkah Pemasaran Telur Puyuh [oleh Mas Maulana Ihsan]
bOLEH TANDUK KAN…
bETUL 200 % MAS….
sAYA PUNYA pengalaman yg hampir sama
Critanya masih saudara sendiri, karena suaminya tidak kerja karena dagangannya habis, uangnya di hutang orang,
Maka berlaku hukum THE POWER OF KEPEPET,
dG TANPA RAGU dan malu istrinya ambil inisiatif menjual telur puyuh ke sekolah TK, SD dan bakul/ pedagang keliling
Alhamdulillah pertama hanya 1 kg, naik jadi 2 kg dan naik lagi jadi 2,5 kg, yaitu sama dg mas diungkus 4 btr/1000.
Ya lumaya hasilnya, beli 100 btr Rp 13.000, dibungkus 25 jadi bisa ungtung sekitar 8.000/kg, karena di titipan disekolah (pedagang) perbungkus/800
yANG MAU COBA AYO SILAHAKAN
MANTAP KAN…!
Silahkan, Pak Komari.
Cerita pengalaman yang semakin menambah lengkap artikel.
Semoga bisa menjadi inspirasi bermanfaat untuk sesama.
The power of kepepet, ungkapan yang tepat sekali, Pak. Tidak lagi mengenal minder, malu, bahkan memunculkan pemecahan yang kadang tidak terpikirkan disaat tidak kepepet dan dimanja oleh keadaan.
Terima kasih.
Salam manis juga untuk Pak Komari.