Mengenal Jenis atau Sifat Modal dalam Budidaya Burung Puyuh Petelur

Belum pernah belajar mengenai ilmu bisnis atau ilmu dunia usaha, namun pada postingan kali ini saya ingin mengetengahkan mengenai jenis atau sifat modal, dalam beternak burung puyuh, khususnya puyuh petelur. Berdasar pada pengamatan, yang kemudian silahkan mungkin bisa disebut hanya rekaan.

Mungkin bisa dianalogikan dengan jenis usaha yang lain. Seperti halnya usaha membuka warung mi ayam, bakso, sate, atau mungkin juga usaha laundry kiloan yang sampai sekarang semakin merebak, bahkan sampai ke desa-desa.

Seperti halnya usaha-usaha yang mirip sifat modalnya dengan usaha beternak burung puyuh tersebut, berdasar dari pengamatan kemudian dengan memberanikan diri saya simpulkan, ada dua sifat pokok di dalam permodalannya.

1. Modal tetap.

Dalam usaha beternak burung puyuh petelur, dikenal adanya modal tetap. Modal tetap, menurut saya, adalah modal yang hanya sekali dalam meng-ada-kan.
Modal tetap ini berupa sarana, mulai dari tanah, rumah induk, kandang, peralatan, dan lain-lain seperti pengadaan air, juga listrik.

Tanah adalah tempat dimana usaha beternak burung puyuh petelur ini berdiri di atasnya. Bisa merupakan persewaan maupun tanah milik sendiri.
Rumah induk adalah rumah dimana di dalamnya menjadi tempat aktivitas beternak burung puyuh petelur dalam jangka waktu tidak terbatas.
Kandang adalah tempat menaruh dimana burung puyuh hidup dan memproduksi telurnya. Khusus untuk kandang, biarpun saya masukkan sebagai modal tetap, namun adakalanya perlu direhab tiap satu periode. Perehaban bukan pembuatan, karena itu terhitung menjadi modal tetap.

Sarana peralatan, saluran pengadaan air, juga perangkat listrik termasuk modal tetap.

2. Modal yang Berputar.

Modal yang berputar ialah modal yang mengisi modal tetap, istilahnya “diputar” sebagai penanaman investasi untuk menghasilkan keuntungan.
Modal berputar yang utama adalah burung puyuh itu sendiri. Bisa awal berputarnya sejak umur 1 hari, umur siap naik kandang, atau juga yang berumur siap telur. Sampai burung puyuhnya apkir.

Seperti telah saya ketengahkan pada postingan yang lalu mengenai analisa usaha perhitungan dan kalkulasi keuntungan beternak burung puyuh petelur kemitraan untuk 2000 populasi selama 12 bulan dengan perincian per-minggu. Bahwa dalam analisa usaha ternak puyuh petelur tersebut, yang dihitung hanya modal yang berputar dalam satu periode saja. Bisa 12 bulan, bahkan mungkin lebih.
Yang menyertai burung puyuh sebagai modal, termasuk juga pakan dalam satu angkatan periode. Adapun dalam analisa tersebut, modal tetap tidak saya hitung. Karena bersifat sangat relatif, yang mana masing-masing peternak atau perbedaan tempat dan harga pembuatan modal tetap, dimungkinkan berbeda-beda.

Setelah mengenal mengenai jenis atau sifat modal dalam beternak burung puyuh petelur ini, diharapkan dapat menimbang-nimbang dan memperhitungkan akan bagaimana menanamkan modalnya. Modal tetap yang menghabiskan lebih banyak penanaman investasi, tentu akan berakibat pengembalian modal secara keseluruhan akan lebih lama. Sebab perlu diingat bahwa modal tetap ini tidak secara langsung menghasilkan keuntungan. Yang menghasilkan keuntungan adalah modal yang berputar. Walaupun memang modal yang berputar juga membutuhkan modal tetap. Demikian juga sebaliknya.

Seperti yang pernah penulis temui, ada peternak yang mengeluh, kenapa modalnya tidak kembali juga. Hingga akhirnya beliau berhenti juga. Ternyata, bagi penulis pun terasa akan sangat berat menanggung pengembalian modal seperti contoh kasus peternak yang berhenti tersebut. Dimana modal tetapnya kalau boleh saya menilai, sangatlah berlebihan. Rumah induknya saja bahannya baru semua. Ukurannya luas. Reng, usuk, balungan, pintu mayoritas dari kayu jati. Gentingnya pun yang press dan baru. Bahkan temboknya juga plester halus yang tentu saja membutuhkan banyak biaya.
Hitungannya, entah sudah berapa puluh juta untuk membangun rumah induk puyuh. Padahal memiaranya kalau boleh dibilang “hanya” 2000 populasi.

Tentu saja hal itu tidak salah. Saya juga sama sekali tidak menyalahkan. Karena itu adalah kesenangan. Namun wajar jika kemudian menjadi tidak sabar: “modal kok tidak kembali-kembali.” Ujung-ujungnya bisa patah arang.

Salam hemat.

5 responses to “Mengenal Jenis atau Sifat Modal dalam Budidaya Burung Puyuh Petelur

  1. Menyinggung dari masalah modal tetap, sebenarnya tidak ada bedanya antara bahan bagus dngan bahan kurang bagus.
    ambil contoh kandang. ada kandang beton super kokoh, kayu jati, genteng pres dll dengan kandang bambu dengan dinding anyaman bambu.
    sebenarnya sama saja, memang modal tetap untuk membuat kandang kokoh lebh tinggi dari kandang bambu, tapi daya tahannya bukannya lebih lama.
    kita pakai rumusan penyusutan saja.
    – kandang beton, modal 20jt tahan 10 tahun
    biaya penyusutan perbulannya = 20jt/10/12= Rp. 166.667,-
    – kandang bambu, modal 4jt tahn 2 tahun
    biaya penyusuta perbulannya = 4jt/2/12= Rp. 166.667,-
    tidak ada bedanya kan, yg jelas klo dikatakan modalnya tidak balik itu adalah kurangnya management keuangan dan cara beternak yg minim.
    sehingga penghasilan dari modal yg diputar tidak optimal . . .

    • Terima kasih, Bapak Sholehuddin berkenan memberikan apresiasi.

      Saya mengamini, alias sependapat dengan uraian Bapak.
      Jika dihitung demikian, ternyata tidak ada bedanya. Yang menjadi penekanan selanjutnya adalah pengelolaan hasil yang sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin.
      Selanjutnya tentu tabah dan bersabar dalam menjalani usaha.
      Menjadi pembelajaran juga untuk saya.

  2. kebanyakan peternak menghitung pendapatan hanya berdasarkan:
    Pendapatan = hasil telur – biaya pakan
    padahal sebenarnya itu hanya pendapatan kotor, masih banyak hal2 lain yg harus diperhatikan, terutama biaya pembelian bibit (doq/layer), agar nanti waktu afkir bisa langsung pesan lgi,

    • Setuju dengan pencerahan mengenai hitungan pendapatan tersebut.
      Lebih sering penghitungan keuntungan hanya dihitung seperti tersebut. Padahal hasil kotor. Dimana dalam pengurangan antara hasil telur dan kebutuhan pakan, belumlah keuntungan bersih. Di situ masih ada hasil untuk pengembalian modal.
      Bahkan kadang jika ada yang mengawali beternak, dan bertanya, saya katakan menurut saya, sebelum modal kembali, berarti belum keuntungan.
      Itu juga yang pernah menjadi ‘ganjelan’ saya terhadap pemangkasan paksa oleh kemitraan saat harga buruk. Berarti pembatasan keuntungan. Akan tetapi mempertimbangkan juga situasi pemasaran, membuat bisa dimaklumi.

      Terima kasih.

  3. Ping-balik: Teknik Beternak Puyuh [Mulainya Bagaimana?] | [PUYUH JAYA]

Tinggalkan Balasan ke puyuhjaya Batalkan balasan